Peternakan Branjangan JONDIL Bird Farm Yogyakarta
Puluhan kandang kotak berukuran sebesar kandang ternak lovebird, berisi induk branjangan berjajar rapi dalam sebuah ruangan di sebuah rumah di dusun Kauman, Wijirejo kecamatan Pandak Kabupaten Bantul DIY.
Peternakan branjangan JONDIL BF |
Di ruangan lainnya tampak beberapa kandang inkubator untuk menyimpan trotolan branjangan usia 0 hingga 7 hari. Di ruang depan, diatas lantai berjajar rapi kandang berbentuk bulat untuk trotol branjangan yang mulai bersuara ngeriwik, jumlahnya mencapai puluhan hingga ratusan ekor . Demikian suasana Jondil Bird Farm sebuah peternakan burung branjangan yang cukup familiar dikalangan branjes nusantara, dalam sebulan rata rata bisa menghasilkan trotolan branjangan sejumlah 30 ekor dari indukan berjumlah 14 pasang dengan beberapa pejantan yang biasa diturunkan Jondil BF sebagai gaco di kompetisi branjangan.
Trotol ring Jondil BF |
Ahmad Hanif pemilik Jondil BF mengawali berternak branjangan ditahun 2017. Diawal usaha ternaknya ini banyak kendala dan kegagalan. Baru di akhir tahun 2018 membuahkan hasil. Branjangan ternakannya mulai produk. Pelan tapi pasti, Hanif mulai menambah indukan di kandang ternaknya, baik secara kuantitas maupun kualitas. Saat ini hasil anakan branjangan ring Jondil BF telah di minati pecinta branjangan. Permintaan trotolan datang dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Hanif sudah menyukai burung branjangan. Mewarisi bakat sang ayah Ahmad Walid yang kala itu gemar berburu anakan burung branjangan di alam yang populasinya masih banyak dan tumbuh subur di sekitar tempat tinggalnya, yaitu di bagian ujung barat kabupaten Bantul berbatasan dengan kabupaten Kulon Progo, Hanif berperan sebagai peloloh anakan branjangan hasil tangkapan sang ayah.
Kala itu burung branjangan mudah di temui, di setiap area persawahan di sekitar tempat tinggal pak Walid yang merupakan putra daerah dusun Kauman, Pandak Bantul.
Ahmad Walid |
Menginjak era 90 akhir, populasi burung branjangan menurun drastis dan kini masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Progo tidak lagi menjumpai keberadaan burung branjangan di sekitar lahan sawah.
Berbagai pendapat muncul atas punahnya burung sawah tersebut. Bisa jadi, karena lahan sawah semakin sempit berganti dengan bangunan hunian manusia atau karena penggunaan bahan kimia sebagai sarana pendukung pertanian seperti pestisida dan insektisida menyebabkan matinya serangga yang merupakan salah satu makanan favorit burung branjangan. Minimnya lahan dan terbatasnya makanan menyebabkan burung branjangan berpindah atau bermigrasi ke daerah lain.
Muncul juga opini bahwa perburuan terhadap burung ini dilakukan secara besar-besaran karena nilai ekonomisnya yang tergolong tinggi.
(bersambung)
Post a Comment